Bahan
pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan
pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang
diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi
seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan
pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai
bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya
residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut
antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk
pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah
dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea
masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna
bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya
lebih menarik.
Pewarna
alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen
alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada
daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain
berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil
terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya
aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh (Anonim, 2008)
Pewarna
buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang
mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami
melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
- Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
- Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.
- Warna biru : biru berlian
Tabel :
Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.
No
|
Pewarna
Sintetis
|
Warna
|
Mudah
larut di air
|
Rhodamin B
|
Merah
|
Tidak
|
|
Methanil
Yellow
|
Kuning
|
Tidak
|
|
Malachite
Green
|
Hijau
|
Tidak
|
|
Sunset
Yelow
|
Kuning
|
Ya
|
|
Tatrazine
|
Kuning
|
Ya
|
|
Brilliant
Blue
|
Biru
|
Ya
|
|
Carmoisine
|
Merah
|
Ya
|
|
Erythrosine
|
Merah
|
Ya
|
|
Fast Red E
|
Merah
|
Ya
|
|
Amaranth
|
Merah
|
Ya
|
|
Indigo
Carmine
|
Biru
|
Ya
|
|
Ponceau 4R
|
Merah
|
Ya
|
Dilema Pewarna Makanan

Bahan pewarna saat ini memang sudah
tidak bisa dipisahkan dari makanan dan minuman olahan. Berbagai makanan yang
dijual di toko, warung dan para pedagang keliling hampir selalu menggunakan bahan
pewarna. Warna ini biasanya menyesuaikan dengan rasa yang ingin ditampilkan
pada produk tersebut. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna oranye, rasa
stroberi dengan warna merah, rasa nanas dengan warna kuning, rasa leci dengan
warna putih, rasa anggur dengan warna ungu, rasa pandan dengan warna hijau, dan
seterusnya.
Secara umum bahan pewarna yang
sering digunakan dalam makanan olahan terbagi atas pewarna sintetis (buatan)
dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan
kimia. Misalnya tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan
seterusnya. Kadang-kadang pengusaha yang nakal juga menggunakan pewarna bukan
makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan.
Misalnya saja penggunaan rhodamin B
yang sering digunakan untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup.
Penggunaan pewarna jenis ini tentu saja dilarang keras, karena bisa menimbulkan
kanker dan penyakit-penyakit lainnya.
Bahan pewarna sintetis yang boleh
digunakan untuk makanan (food grade) pun harus dibatasi jumlahnya. Karena pada
dasarnya, setiap benda sintetis yang masuk ke dalam tubuh kita akan menimbulkan
efek. Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang bahkan telah melarang
penggunaan pewarna sintetis tersebut. Misalnya saja pewarna tartrazine, telah
mulai ditinggalkan oleh negara tertentu. Mereka lebih merekomendasikan pewarna
alami, seperti beta karoten.
Mengapa pewarna sintetis masih
sangat diminati oleh para produsen makanan? Pertama adalah masalah harga.
Pewarna kimia tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan
dengan pewarna alami. Masalah ini tentu saja sangat diperhatikan oleh produsen,
mengingat daya beli masyarakat Indonesia yang masih cukup rendah.
Faktor kedua adalah stabilitas.
Pewarna sintetis memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik, sehingga warnanya
tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan
disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut
akan segera pudar manakala mengalami proses penggorengan.
Pewarna alami sebenarnya tidak
bebas dari masalah. Dari segi kehalalan, pewarna jenis ini justru memiliki
titik kritis yang lebih tinggi. Sebagaimana dijelaskan, pewarna natural ini
tidak stabil selama penyimpanan. Untuk mempertahankan warna agar tetap cerah,
maka sering digunakan bahan pelapis untuk melindunginya dari pengaruh suhu,
cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Nah, bahan pelapis yang sering digunakan
adalah gelatin, yang berasal dari hewan. Tentu saja gelatin ini perlu dilihat,
apakah berasal dari hewan halal atau tidak.
Salah satu contoh pewarna alami
yang digunakan dalam pengolahan pangan adalah xanthaxanthine. Bahan pewarna
yang memberikan warna merah ini diekstrak dari sejenis tanaman. Untuk membuat
pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai bahan pelapis (coating)
melalui sistem mikroenkapsulasi. Pewarna ini sering digunakan pada industri
daging dan ikan kaleng (ikan sardin).
Di satu sisi penggunaan pewarna
sintetis yang tidak proporsional dapat menimbulkan masalah kesehatan. Namun
penggunaan bahan pewarna alamipun jika tidak dilakukan secara hati-hati dapat
menjurus kepada bahan yang haram atau shubhat. Lalu bagaimana sikap kita
menghadapi dilema tersebut?
Pilihan terbaik tentu saja tetap
pewarna alami, karena ia adalah bahan alam yang tidak menimbulkan efek negatif
pada tubuh. Namun harus diingat bahwa penggunaan bahan tambahan atau bahan
penolong semisal pelapis pada pewarna tersebut harus dipilih dari bahan-bahan
yang halal. Kalau harus menggunakan gelatin sebaiknya dengan gelatin yang
halal. Bisa juga digunakan bahan lain, seperti maltodekstrin atau karagenan
yang lebih aman dari segi kehalalan.
Jika masalah harga masih menjadi
kendala, maka penggunaan bahan pewarna sintetis boleh-boleh saja. Namun harus
jenis pewarna yang untuk makanan (food grade) dengan jumlah yang proporsional
dan tidak berlebihan.
Bagi konsumen, perlu juga
mengetahui ciri-ciri pewarna yang tidak baik. Pertama, carilah makanan atau
minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok. Misalnya, hindari makanan dengan
warna merah, kuning dan hijau yang terlihat `ngejreng’. Tidak menutup
kemungkinan warna yang terlalu mencolok tersebut berasal dari bahan pewarna non
food grade, seperti pewarna teksil yang berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan
untuk melihat pewarna yang halal dan yang tidak, secara kasat mata memang agak
sulit. Oleh karena itu lebih mudah memilih makanan dan minuman yang telah
bersertifikat halal. ( tim lppom mui )
Bahaya Pewarna Sintetis pada Makanan
Melihat kondisi anak-anak sekolahan saat mereka jajan ketika istirahat jam pelajaran, saya berpikir bakalan seperti apa kualitas kesehatan mereka nanti setelah menginjak dewasa bahkan saat tua nanti. Dari penglihatan itu saya mau membagikan sebuah tulisan yang pastinya bermanfaat bagi semua sahabat. Penampilan makanan termasuk dari segi warnanya, memang sangat berpengaruh untuk menggugah selera. Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang diwarnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut air.
Zat pewarna sendiri secara luas digunakan diseluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau.
Ada dua jenis zat pewarna yang sering digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan biasa di sebut dengan Food Colour.
1. Pewarna makanan alami (Food Colour)
Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan yang lebih aman untuk dikonsumsi. Contohnya karotenoid adalah kelompok zat pewarna yang meliputi warna kuning, oranye dan merah. Biasanya terdapat pada tomat, wortel, cabai merah dan jeruk. Sedangkan dari hewan terdapat dalam lobster dan kulit udang.
2. Pewarna Sintetis (Non Food Colour)
Pewarna buatan/sintetis adalah pewarna yang biasanya di buat di pabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia. Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan kedalam makanan. Pewarna sintetis/buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Contoh-contoh zat pewarna sintetis yang digunakan antara lainindigoten, allura red, fast green, tartrazine.
Bahaya jika digunakan dalam makanan.
Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 % dan timbale tidak boleh lebih dari 0,001 %, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.
Kelarutan pewarna sintetik ada 2 macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjualbelikan dalam bentuk granula, cairan, campuran warna dan pasta. Digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus sosis dll. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dyes pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat.
Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunakan untuk makanan, selain itu pewarna lainnya yang dilarang adalah Metanil Yellow Rhodamin B dengan rumus molekul C28H31N2O3Cl. Sampai sekarang masih banyak digunakan untuk mewarnai berbagai makanan dan minuman (terutama untuk golongan ekonomi lemah), seperti kue-kue basah, saus, sirup, kerupuk dan tahu.
Tanda-tanda dan gejala akut yang ditimbulkan bila terpapar Rhodamin B :
1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala kecarunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
Metanil Yellow juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow digunakan sebagai pewarna untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis.
Berikut adalah beberapa jenis pewarna sintetis/buatan yang populer dan efek sampingnya yang ditimbulkan:
· Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak , pada sekitar 1-10 dari 10.000 orang, Tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam). Intoleransi ini lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitive terhadap aspirin.
· Sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6)
Pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna adiktif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah.
· Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, pewarna ini dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa Negara.
· Allura Red (E129)
Pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Pewarna ini sudah banyak dilarang di banyak Negara.
· Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energy. Zat ini sudah dilarang di banyak Negara karena dianggap maningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma.
Oleh karena itu sebaiknya konsumen sebelum membeli makanan dan minuman, harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahgan pembuatannya, kehalalan melaui label yang ada pada kemasan sehingga keamanan makanan senantiasa terjaga.
|
Baterai kentang
Sabtu, 20 November 2010
Baterai Kentang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah
satu tanaman darat yang mengandung karbohidrat adalah kentang, Berdasarkan
pengalaman empiris bahwa kentang dapat menghasilkan getah, bila kita lakukan
pengamatan terhadap getah kentang, maka akan menimbulkan beberapa
pertanyaan di fikiran peneliti. Selain itu kentang sangat mudah di jumpai di
pasaran dengan harga yang cukup terjangkau, terkadang kentang yang dianggap
tidak laku lagi oleh para pedagang. Mereka hanya bisa membuang kentang
tersebut, padahal tanpa mereka sadari bahwa kentang tersebut masih memiliki
manfaat. Kebanyakan kentang digunakan oleh masyarakat hanya sebagai
makanan yang memiliki kandungan karbohidrat. Banyak orang yang tidak
memperhatikan kentang sebegitu detail. Berdasarkan pengalaman empiris itulah
peneliti tertarik untuk meneliti objek ini. Selain itu berdasarkan
pengalaman teoritis bahwa kentang dapat menjadi pengganti elektrolit. Apabila
di hubungkan dengan elektroda dapat menghasilkan listrik.
Baterai membangkitkan listrik dari sebuah reaksi
kimia diantara dua elektroda dan satu elektrolit. Kita bisa gunakan tembaga dan
seng sebagai elektroda dan asam sulfur sebagai elektrolit yang menjadi metode
untuk membuktikan proses ini. Apakah ada cairan lain sebagai pengganti
elektrolit tersebut??? Alam telah menyediakan banyak baterai alami. Kita bisa
menggunakan tanah, air, sayuran, atau buah-buahan. Sekarang kita akan mengganti
larutan elektrolit tersebut dengan kentang. Apakah bisa??? Kentang banyak
mengandung bahan-kimia larut air yang boleh menjadi penyebab reaksi bahan kimia
dengan salah satu atau kedua-duanya dari elektroda.
Dan faktor teoritis juga memperkuat
keinginan peneliti untuk meneliti kentang. Berdasarkan uraian di atas peneliti
ingin membuat suatu karya ilmiah yang berjudul baterai kentang .
1.2 Rumusan Masalah
Objek penelitian kali ini adalah kentang. kentang
merupakan bahan pangan jenis karbohidrat. Di eropa kentang sebagai makanan
pokok. Hal yang diteliti dari kentang ini adalah bahan kimia yang dikandung
oleh kentang sehingga dapat menjadi elektrolit yang apabila bereaksi
dengan salah satu atau kedua-duanya dari elektroda dapat menghasilkan
listrik yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan seputar kandungan
kentang, yang selaama ini tidak terfikirkan oleh orang banyak.
Sebelumnya, terlabih dahulu kita harus mengetahui
tentang elektroda dan elektrolit.
Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau katoda, kata-kata yang juga diciptakan oleh Faraday.
Anoda ini didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel
elektrokimia dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan sebagai
elektroda di mana elektron memasuki sel elektrokimia dan reduksi terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi
sebuah anoda atau katoda tergantung dari tegangan listrik yang diberikan ke sel
elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah elektroda yang berfungsi
sebagai anoda dari sebuah sel elektrokimia dan katoda bagi sel elektrokimia
lainnya.
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktorelektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa
atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada
kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan
ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan
elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam
yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan
lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau
padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
Oleh karena itu, apabila elektrolit dapat
dihasilkan dari yang bersifat basa maka kentang dapat digunakan sebagai
elektrolit, kare telah diketahui bahwa kentang bersifat basa. Sedangkan untuk
elektroda bisa menggunakan seng dan tembaga karena seng dan tembaga merupakan
penghantrar arus listrik yang baik.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka
tumbuhlah beberapa pertanyaan difikiran peneliti. Rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apakah kentang dapat
menghasilkan arus listrik?
2. Apakah kentang dapat diolah menjadi baterai?
1.3. Tujuan Penelitian
1.4.1 TujuanUmum
Untuk mengetahui cara mengolah kentang sehingga
dapat menghasilkan arus listrik
1.4.2 Tujuankhusus
1.untuk mengetahui kandungan kentang
2.untuk mengetahui proses pengolahan
kentang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.5.1 Agar dapat menambah
wawasan peniliti dan
masyarakat mengenai kentang.
1.5.2 Agar dapat
memanfaatkan kentang seefisien mungkin.
1.5.3 Agar dapat
meningkatkan ekonomis masyarakat.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah salah
satu sumber utama karbohidrat, yang sekarang telah menjadi salah satu makanan
pokok penting di Eropa. Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan
telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini
merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim
dan menyukai iklim yang sejuk.
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari
suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang"
pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan
dari Amerika Selatan.Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa
dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini
tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika,
tanaman ini pernah menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika
pada abad ke-19, di kala terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut ergot. Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah
dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini
merupakan herba (tanaman pendek tidak
berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam
di dataran tinggi.Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran
cukup besar, dengan diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari uDi pasaran,
kentang dipisah-pisahkan menurut ukurannya dan dinamakan kualitas A, B, C, dan
D. Kualitas A adalah yang terbaik. Penyebutan 'kentang kualitas AB' berarti
campuran dari kualitas A dan B.ungu hingga putih.
kentang (Solanum tuberosum L.) adalah zattepung yang dapat dimakan umbi asli Amerika Selatan dan dibudidayakan di seluruh dunia.. Kentang telah dijinakkan selama lebih dari 10.000 tahun, dan lebih dari seribu varietas diketahui, walaupun hanya sebagian kecil dari jumlah ini dibudidayakan secara komersial.. Kentang memainkan peran penting dalam budaya dan sejarah banyak negara Amerika Selatan, dan diadopsi ke dalam masakan Eropa dan budaya ketika mereka diperkenalkan di tahun 1600-an.
Dalam,kehidupansehari-hari kentang hanya bermanfaat sebagai makanan yang kaya karbohidrat. Bermacam –macam manfaat kentang dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut pendapat Enche Tjin (blog:enche tjin:2010),
kentang memiliki manfaat yang sangat banyak, hal ini
dimungkinkan berkat kandungan yang ada di dalamnya. Misalnya saja mineral
kalsium yang tinggi sehingga bermanfaat untuk memelihara kesehatan tulang dan
gigi.
Kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein sebanyak
2 gram, kälori sebanyak 70 kkal, dan karbohidrat sebanyak 19 gram. Selain
kandungan-kandungan tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat
besi dan riboflavin yang penting bagi tubuh.
Demikian pula dengan vitamin yang ada pada kentang. Sebut saja vitamin C yang
notabene mengandung antioksidan yang ampuh untuk mengusir radikal bebas dalam
tubuh.
Menurut Medical Review Board (about.com;2010)
Kentang mengandung kalium lebih banyak dibandingkan sayuran segar lainnya dalam menghasilkan departemen - bahkan lebih dari pisang. Satu kentang memiliki hampir 900 miligram, yang merupakan sekitar 20% dari apa yang Anda butuhkan setiap hari. Kalium adalah penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh. Ini juga penting untuk fungsi saraf dan kontraksi otot normal - termasuk otot jantung. Kalium juga merupakan elektrolit yang membantu menyeimbangkan cairan dalam tubuh Anda, yang penting bagi tekanan darah sehat.
Begitulah manfaat kentang, yang sangat sering dijumpai dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. banyak manfaat kentang yang lain dan kandungannya. sedangkan kandungan kentang yang tidak semua orang mengetahui bahwa kentang mengandung campuran pati,garam dan air.sebuah garam seperti garam meja. Seperti pendapat Eric Maass (Manajer Operasional, semikonduktor / produk komunikasi:2010) bahwa “Kentang itu sendiri memiliki campuranpati dangaram dan sedikit air. Sebuah garam, seperti garam meja, di rilis ion air.Ion adalah atom yang memiliki muatan listrik.Tabel garam rilis ion bermuatan listrik dua - ion natrium dengan muatan positif, dan klorin ion dengan muatan negatif.”
Jadi,kentang bisa menghasilkan arus listrik dan dapat menghidupkan sebuah lampu LED. Apakah kentang yang apabila di hubungkan dengan elektroda(tembaga dan seng) yang akan menghasilkan arus listrik dapat disebut baterai?
Baterai merupakan zat kimiawi yang didalamnya terdapat komponen batang karbon sebagai anoda, seng (zn) sebagai katoda dan pasta sebagai elektrolit. Diakibatkan oleh komponen tersebut maka terbentuklah baterai. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat http://id.wikipedia.org/wiki/Baterai, sebagai berikut.
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga komponen penting, yaitu:
- batang karbon sebagai anoda (kutub positif baterai)
- seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai)
- pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang biasa terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai sekunder.Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat merubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction).
Dengan begitu, bila kentang yang dihubungkan dengan
elektroda(tembaga dan seng) dan menghasilkan energi listrik, maka kentang juga
bisa kita sebut sebagai batrai. Walaupun elektroda yang digunakan berbeda
dengan baterai pada uumnya dan elektrolit yang brbeda pula.
kebutuhan akan energi semakin meningkat. Namun
seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan energi tersebut tidak diimbangi
dengan meningkatnya sumber energi. Sebagian besar sumber energi yang kita
gunakan adalah berasal dari matahari dan fosil (minyak). Ironisnya sumber
energi listrikpun dihasilkan dengan bantuan minyak bumi.
Sekarang sumber energi fosil sudah semakin menipis. Kita perlu memikirkan sumber energi lain. Disekolah-sekolah sudah mulai diajarkan bagaimana mencari sumber energi lain, salah satunya adalah menghasilkan energi listrik dari kentang.
Sekarang sumber energi fosil sudah semakin menipis. Kita perlu memikirkan sumber energi lain. Disekolah-sekolah sudah mulai diajarkan bagaimana mencari sumber energi lain, salah satunya adalah menghasilkan energi listrik dari kentang.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh
miniscien.com.Dengan data yang dilakukan oleh miniscien.com dengan uraian
sebagai berikut.
Kentang mengandung banyak bahan kimia larut air yang dapat menyebabkan
reaksi kimia dengan satu atau kedua elektroda kami. Jadi kita bisa mendapatkan
listrik dari itu.
Bahan:
Untuk percobaan ini kami menggunakan
- Kentang segar
- Tembaga Elektroda
- Seng Elektroda
- Sebuah digital atau analog Multimeter untuk mengukur Tegangan atau Arus listrik yang dihasilkan.
·
Leads klip / Rujukan
Prosedur:
Kami
memasukkan tembaga dan elektroda seng ke kentang, dekat tetapi tidak saling
bersentuhan. Kami menggunakan Klip mengarah untuk menghubungkan elektroda kami
ke Multimeter untuk mengukur tegangan antara dua elektroda atau saat melewati
multimeter tersebut.Untuk percobaan ini kita menghilangkan kulit rusak baterai
AA untuk elektroda seng kami menunjukkan. (Pastikan untuk Anda uji multimeter
dengan yang Positif dan negatif menghubungkan kabel satu sama lain yang harus
ada arus dan tegangan tidak ada).
Sebuah
multimeter digital menunjukkan 1,2 volt antara elektroda, tetapi multimeter
analog menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil. Dengan kata lain meskipun
tegangan antara elektrode adalah 1,2 Volt, kecepatan produksi listrik tidak
cukup tinggi untuk multimeter analog untuk menunjukkan tegangan yang tepat.
(Multimeter Analog mendapatkan daya dari kentang kami untuk menunjukkan
tegangan, tapi Multimeter digital mendapatkan daya dari baterai internal dan
tidak mengkonsumsi energi listrik yang dihasilkan oleh kentang kita, itulah
sebabnya hal itu menunjukkan yang lebih besar dan lebih akurat nilai).
Kami
mengulangi percobaan dengan beberapa buah lainnya dan semua yang dihasilkan
hampir sama. Dalam semua kasus tegangan yang dihasilkan adalah antara 1 dan 1,5
volt, dan dalam semua kasus mereka tidak menghasilkan arus yang cukup untuk
menyalakan lampu kecil.
2.3 Kerangka
Berpikir
kentang
elektroda (seng dan tembaga)
LED
Kabel penghubung
Tusukkan elektroda
Hubungkan dengan kabel
Kabel dihubungkan dengan LED
Baterai yang dapat menghidupkan lampu LED
2.4 Hipotesis
Kentang dapat menghasilkan arus listrik dan dapat
diolah menjadi baterai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat
danWaktu Penelitian
Waktu
penelitian berlangsung selama sepuluh minggu.kegiatan pertama dimulai pada
minggu kedua bulan Maret 2010 dan berakhir pada minggu keempat bulan Mei
2010.waktu yang sepuluh minggu itu digunakan untuk untuk berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan penelitian. Jadwal penelitian terlampir.
Penelitian
dilaksanakan di rumah peneliti. Karena alat-alat dan bahan yang digunakan untuk
penelitian tersedia di lingkungan rumah.
3.2 Teknik Penelitian
3.2.1 TeknikPengumpulanData
Cara
pengumpulan data adalah dengan cara experimen. Dengan menggunakan alat dan
bahan sebagai berikut:
Alat dan bahan:
1.
Kawat tembaga , kawat
tembaga yang digunakan pada penelitian ini adalah lempengan tembaga yang
berukuran 10cmx3,5cm,dan berbentuk seperti persegi panjang
2. Kawat seng , kawat
seng yang digunakan adalah lempengan seng yang berbentuk persegi panjang dan
ukarannya saa dengan kawat tembaga
3. Lampu dioda (LED),LED
yang digunakan sama seperti LED pada umumnya.
4. Kabel
penghubung(capit buaya),kabel yang digunakan,panjangnya kurang lebih 13 cm dan
lebih baik jika dihubungkan dengan capit buaya.
5. Multimeter
Cara Kerja:
1.
Iris kentang sampai 3 cm
(sebelah kiri dan kanan)
2. Tusukan kawat tembaga
dan kawat seng pada bagian yang telah di iris.
3. Untuk menguji
voltasenya,bias digunakan multieter
4. Jika ingin
menghidupkan satu buah lampu LED bisa digunakan 4-6 buah kentang dengan
merangkai serinya. Karena arus listrik yang dihasilkan oleh satu buah kentang
sangat lemah.
5. Cara menghubungkan
kabel dengan kawat tembaga dan seng jika ingin merangkai serinya yaitu:
CU-ZN-CU-ZN-CU-ZN…danjapitkan capit buaya pada kabel pada tembaga dan
seng tersebut
6. Dan hubungkan pada lampu
LED.
Maka
telah dihasilkan baterai kentang,hal ini membuktikan bahwa kentang dapat
menghasilkan arus listrik dan bisa menjadi pengganti elektrolit, elemen ini
disebut dengan elemen galvani.
3.2.2 Instrumen (Alat Pengumpulan Data)
Instrument
pengumpul data yang digunakan berupa table perekaman hasil
experiment atau percobaan. Tabelnya adalah
sebagai berikut:
no
|
Banyak kentang
|
Voltase
|
Reaksi
|
1.
|
|||
2.
|
|||
3.
|
|||
4.
|
|||
5.
|
|||
6.
|
Table 3.1 pengumpulan data
3.2.4 TeknikAnalisisData
Ada tiga langkah dilakukan dalam menganalisis data
dalam penilitian ini. Ketiga langkah itu adalah (a) pengelompokkan data
berdasarkan rumusan masalah ; (b) memasukkan data ke dalam tabel (tabulasi
data) ; (c) menafsirkan data untuk digunakan sebagai bahan untuk menguji
hipotesis.
Ada dua rumusan masalah yang diajukan. Masalah
pertama memiliki satu buah pertanyaan penelitian berarti ada satu data. Data
itu tentang arus listrik ada kentang. Rumusan masalah yang kedua , memiliki
satu pertanyaan penelitian yaitu tentang pengolahan kentang menjadi
baterai.
Data-data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam
tabel seperti terlihat pada tabel 3.1 pengumpulan data.
Berdasarkan hipotesis kentang dapat menghasilkan
arus listrik dan dapat diolah menjadi baterai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Variabel
Penelitian
Ada dua variable penelitian ini.
Kedua variable itu adalah X dan Y. variable X adalah kentang dan variabel Y
adalah baterai. Variable X berfungsi sebagai variable bebas. Artinya, X akan
mengakibatkan perubahan pada Y yang disebut variable teriikat. Inti gabungan
kedua variable itu adalah kentang yang dapat menghasilkan arus listrik
dan dapat diolah sehingga menghasilkan batería kentang. Jadi hubungannya adalah
sebab-akibat.
Kentang diolah dengan cara yang
sederhana dengan menggunakan elektroda, karena telah diketahi kentang merupakan
salah satu pengganti elektrolit. Dengan menggunakan beberapa bahan dan beberapa
prosedur. Maka akhir dari proses ini akan menghasilkan sebuah baterai
kentang . dengan pengujian arus listrik menggunakan multimeter dan LED.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian atau pengumpulan data
dilakukan dengan cara percobaan atau experimen. Experimen dilakukan
berkali-kali. Data dikumpulkan untuk enam experimen. Artinya. Kentang diolah
sebanyak enam kali. Dengan waktu satu hari.
Hasil yang didapat digambarkan
pada tabel berikut:
Hasil experimen komulatif
No
|
Banyak
kentang
|
voltase
|
Reaksi LED
2,5 volt
|
1
|
1 buah kentang
|
- 0,5 volt
|
Tidak hidup
|
2
|
2 buah kentang
|
- 1,0 volt
|
Tidak hidup
|
3
|
3 buah kentang
|
- 1,5 volt
|
Tidak hidup
|
4
|
4 buah kentang
|
- 2,0 volt
|
Hidup
|
5
|
5 buah kentang
|
- 2,5 volt
|
Hidup
|
6
|
6 buah kentang
|
+ 2,5 volt
|
Hidup
|
7
|
10 buah kentang
|
- 5,0 volt
|
Hidup (2 buah LED)
|
Tabel 4.1 hasil pengujian kentang
4.3 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diturunkan dari rumusan masalah bahwa kentang menhasilkan
arus listrik dan dapat diolah menjadi kentang. Hipotesis tersebut telah teruji
dengan data seperti yang tertera pada tabel 4.1. dan dengan data gambar sebagai
berikut.
Pada satu sampai tiga buah kentang tidak dapat menghidupkan sebuah lampu
LED. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 hasil pengujian pada satu buah kentang
Gambar 4.2 hasil pengujian terhadap tiga buah kentang
Dan pada empat buah kentang telah berhasil diuji dan dapat menghidupkan
sebuah lampu LED. Dan gambar hasil percobaan ini dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.4 hasil pengujian pada empat buah kentang
Berikut hasil pengujian lima dan enam buah kentang.
Gambar 4.5 hasil pengujian terhadap enam buah kentang
Gambar 4.6 hasil pengujian terhadap lima buah kentang
Tertera pada tabel, bahwa sepuluh buah kentang dapat menghidupkan lampu
sbesar 0,5 volt dan telah diuji dengan menggunakan dua buah lampu LED.
Berikut gambar hasil pada eksperimen ini.
4.4 pembahasan hasil
Kentang (solanum tberosum l.) ternyata
dapat menghasilkan arus listrik. Hal itu telah dibuktikan dengan eksperimen.
Seperti yang tertera pada tabel 4.1 dan gambar yang telah ditampilkan. Telah
teruji bahwa satu buah kentang dapat mengasilkan arus listrik – 0,5 volt.
Dan bila satu buah kentang dapat menghasilkan – 0,5 volt arus listrik. Bila
dirangkai seri dengan menggunakan empat buah kentang, empat buah lempengan
tembaga, empat buah lempengan seng, maka dapat menghidupkan satu buah lampu
LED. Dan menghasilkan arus listrik – 2,0 volt. Dan voltase dari kentang
tersebut dapat diuji dengan menggunakan multimeter. Apabila ingin mengidupkan
5,0 volt lampu, juga dapat dilakukan dengan merangkai seri kentang-kentang
tersebut. Yang harus diingat adalh elektroda. Tanpa elektroda kentang tidak dapat
menghidupkan lampu, walaupun kentang telah diketahui dapat menghasilkan arus
listrik. arus listrik dapat dihantarkan melalui seng (katoda) dan tembaga
(anoda). Baterai kentang ini dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan lampu,
bahkan apabila kita dapat merangkai seri kentang tersebut dengan menggunakan
kentang yang banyak pula, maka baterai kentang tersebut juga dapat menghidupkan
sebuah kalkulator. Tetapi, pada karya tulis ilmiah ini, peneliti hanya
melakukan pengujian tersebut pada lampu LED. Meskipun baterai kentang ini dapat
dimanfaatkan layaknya baterai biasa, tetapi baterai kentang memiliki kelemahan
dibandingkan baterai biasa. Baterai
kentang hanya bertahan paling lama satu hari, bila baterai kentang dibiarkan
beberapa hari, maka kentang akan membusuk dan mengeluarkan bau tak sedap. Dan
apabila kentang telah dijadikan baterai, kentang tidak dapat lagi dikonsumsi.
Karena kentang telah bereaksi terhadap elektroda (seng dan tembaga) dan
kandungan kentang tersebut telah menjadi racun. Selain itu, untuk merangkai
seri kentang diperlukan kentang yang banyak, serta biaya yang besar pula.
Tetapi, dengan adanya penelitian terhadap kentang ini dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat bahwa kentang (solanum tuberosum l.) tanaman
darat yang kaya karbohidrat dapat menghasilkan arus listrik. Dan dapat diolah
menjadi baterai. Dan baterai yang dihasilkan dapat dimanfaatkan layakna baterai
biasa. Dan sangat bermanfaat digunakan bila suatu saat nanti baterai sudah
menjadi barang yang langka.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitin ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1) Hipotesis yang diturunkan dari rumusan
masalah adalah kentang dapat menghasilkan arus listrik dan dapat diolah menjadi
baterai.
(2) Hipotesis tersebut diuji berdasarkan data
hasil penelitian. Untuk mengumpulkan data digunakan tabel pengumpulan data.
(3) Hiposis telah teruji dengan data, teori
yang telah tersedia
(4) Hipotesis benar. Dan kentang memang benar
dapat menghasilkan arus listrik dan dapat diolah menjadi baterai.
5.2 Saran
Pada akhir laporan penelitian ini disampaikan
kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kentang agar bisa mengolah
kentang sedemikian rupa dan pengujian bahwa kentang dapat menghasilkan arus
listrik agar dapat dipublikasikan di tengah-tengah masyarakat dengan
menampilkan pemanfaatannya. Dan peneliti selanjutnya dapat menjadikan baterai
kentang populer dan lebih mengolah baterai kentang ini seefisien mungkin. Dan
untuk pembaca agar penelitian ini bermanfaat dan berguna dan dapat
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kepada teman-teman sebaya agar
juga bisa untuk memanfaatkan baterai kentang ini, dan dapat mempraktekannya
dalam kehidupan sehari-hari. Serta memberi tahu pengetahuan ini kepada teman-teman
yang lain. Agar baterai kentang ini dapat dimanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar